Bercinta dengan Bu Mina tetanggaku - CERITA DEWASA

Breaking

Post Top Ad

Bercinta dengan Bu Mina tetanggaku

Bercinta dengan Bu Mina tetanggaku


ini adalah kisahku yang lain dengan tetanggaku di kampung. Awalnya waktu SMA aku sedang memanjat pohon sawo di belakang rumahku untuk mengambil buahnya. Secara tak sengaja mataku tertuju ke sebuah sumur tetangga yang tinggi dinding penutup kelilingnya hanya sebatas dada orang dewasa. http://ligaibc.online/ Kulihat seorang wanita sedang membuka baju untuk mandi di sana. Tubuhnya kelihatan putih dan montok. Setelah kuperhatikan dengan cermat wanita itu adalah Bu Mina, tetangga selang tiga rumah sebelah barat dari rumahku. Bu Mina adalah istri muda dari seorang pengusaha angkutan. Ia membuka toko kelontong di Rumah.

Aku mencari posisi yang lebih enak untuk mengintipnya. Kerimbunan daun sawo cukup membantuku agar tidak terlihat dari arahnya mandi. http://ligaibc.online/ Sambil mengintip akupun berkhayal bersetubuh mendukung. Dari tempatku mengintip dadanya yang putih dan montok kelihatan jelas sekali. Begitulah jika aku tidak ada kegiatan di sore hari maka aku akan memanjat pohon sawo di belakang rumah dan menunggu Bu Mina mandi.

Tapi Mina ini orangnya ramah dan supel (meminta saya tahu kalau dia memang benar supel alias suka peler). Kadang kalau aku duduk di depan tokonya ia menyapaku duluan. Asalnya sebenarnya dari pelosok, namun tidak kelihatan kampungan. Kukira nama sebenarnya Minah. Setelah kawin dengan Pak Yos segera Bu Mina. Umurnya waktu itu kurang lebih tiga puluh tahun. Badannya sedikit gemuk tapi kulitnya kelihatan kencang. Ia paling sering dipakai kain dan kebaya. Kalau sudah pakai kain dan kebaya, pantatnya yang besar tampak menantang dan bergoyanggoyang kalau sedang berjalan. Belahan buah dadanya terlihat sangat menggiurkan dan mengundang lirikan mata lakilaki.


Sampai di kampus aku sedang kuliah dan sedang berlibur di kampung. Malamnya sekitar jam sembilan malam aku singgah ke toko Bu Mina untuk membeli sesuatu.

Eh Mas Anto. Kapan datangnya dan libur berapa hari? Oleholehnya mana? ia memberondongku dengan jumlah pertanyaan. Tangannya diulurkan dan tentu saja kusambut dengan hangat.
Tadi siang, dua minggu, pakaian kotor. Ibu mau? jawabku pertanyaan dan efisien menjawab semua pertanyaannya.
Ihh .. Masa sih pacarnya kok cuma dibawain pakaian kotor, katanya menggodaku.

Dadaku berdesir. Pacarnya?

Beli apa Mas?
Enngghh, beli sabun dan sampo.
Lho belum mandi toh?
Sudah, untuk besok pagi.
Lho baru datang tadi, besok pagi sudah mandi basah, godanya makin berani.
Ya, siapa tahu nanti malam mimpi basah, jadi paginya mandi basah, kataku. Kepalang basah kubalas godaannya tadi. Pokoknya basah .. Sah .. Sah.

Bu Mina masuk ke dalam tokonya. Pantatnya masih saja kelihatan besar dan padat di balik dasternya. Aku mengikutinya, sambil melihatlihat barangkali ada barang lain yang tibatiba teringat untuk kubeli.

Ini sabun dan ini shampoonya. Eh nanti malam mimpi buruk sama aku saja ya! katanya berbisik sambil tersenyum.

Kalau begini malam nanti aku bisa benarbenar mimpi basah. Aku hanya diam saja dan menerima sabun dan sampo tadi. Saat memberikan belanja, ia akan memproses memalingkan mukanya ke arah TV dan tanpa sengaja telapak mengangkat lenganku.

Eh maaf Mas. Habisnya acara di TV bikin penasaran saja.
Berapa Bu semuanya? tanyaku sambil mengangsurkan selembar uang dua puluh ribu.
Ah, nggak usah Mas. Lagian uangnya besar begini nggak ada kembaliannya. Ia menolak uangku. Aku jadi tidak enak.
Ya sudah Bu, saya jatuh dulu. Besok saja sekalian saya bayar kataku.
Bayar pakai yang lain saja gimana Mas?

Aku garukgaruk kepala kebingungan sambil meninggalkan tokonya. Karena masih lelah aku segera tertidur dan bangun agak kesiangan. Adik kecil berdiri tegak, pertanda gantung dan kondisi tubuh masih bugar.

Setelah menyelesaikan ritual pagi hari, 3M, mandi, modol dan makan, aku berniat untuk jalanjalan ke tempat Tina teman masa SDku (Aku Oase Para Wanita Bersuami 5: Tina). Kalikali aja aku bisa jatah untuk berciuman, leher dan mengelus. Tapi tibatiba aku ingat dari informasi yang kudapat tadi malam Tina sedang ke luar kota. Akhirnya kuputuskan untuk jalanjalan ke pasar saja.

Sampai di pasar aku berputarputar di los pakaian. Aku terkejut kompilasi tibatiba pundakku ditepuk dari belakang.

Cari apa Mas Anto?

Aku menoleh ke belakang dan ternyata Bu Mina yang ada di belakangku. Ia mengenakan blus putih dengan celana panjang warna biru. BHnya yang juga berwarna biru membayang di balik baju tipisnya.

Ibu bikin kaget saja. Tadinya pengen beli tas tapi nggak ada yang cocok. Maksudnya nggak ada yang cocok harganya, kalau modelnya sih banyak yang cocok, kataku.
Oh gitu. Gimana kalau kita jalanjalan ke Malioboro atau Pusat Belanja kalikali aja ada yang cocok. Kebetulan aku lagi mencari kain batik untuk Bapaknya. Ayolah mumpung masih pagi, katanya sambil menarik tanganku. Aku tak bisa menolaknya.

Dua jam kemudian kami tiba di Jalan Malioboro. Kami memasuki toko dan melihat tas pakaian. Harganya memang murah dan modelnya bagus. Cuma aku memang tadinya juga hanya mau lihatlihat saja, belum mau beli.

Saat masuk ke dalam toko kain, Bu Mina menggandeng lenganku dengan mesra. Aku jadi agak jengah juga. Akhirnya Bu Mina membeli kain batik dua potong. Satu untuk dinikmati dan satu lagi untukku. Setelah itu kami makan.

Selesai makan aku sudah siap untuk pulang, tapi Bu Mina masih duduk di kursinya. Ia menatapku sambil tersenyum.

Eh, ngomongngomong tadi pagi jadi keramas nih? ia mulai menggodaku lagi.
Iya, jawabku singkat.
Kalau .. Mmhh siangsiang gini keramas lagi mau nggak? tanyanya sambil memegang telapak tanganku.
Kalau tadi malam kamu mimpi buruk, sekarang ngerasain yang sebenarnya mau nggak? sambungnya.

Aku hampir terjatuh dari kursiku. Sebenarnya tentu saja inilah yang kuharapkan, tetapi untuk meminta penasaran aku hanya bisa berdiam saja.

Ayolah! rayunya.


Akhirnya aku berdiri dan berjalan keluar dari restoran. Bu Mina memegang tanganku dan menarikku berjalan ke arah sebuah becak yang sedang mangkal.

Pasar Kembang, Pak! katanya pada tukang becak.
Kenapa nggak ke Kaliurang saja, protesku.
Kejauhan, waktu kita sedikit, pasti pasti.

Sampai di depan sebuah hotel yang cukup bagus di dekat pintu belakang Stasiun Tugu ia memberi kode untuk tukang becak untuk menepi.

Kami segera masuk ke dalam hotel. Setelah menyelesaikan urusan di penerimaan kami masuk ke dalam kamar. Kamar yang bagus dengan tempat tidur besar yang empuk. Lantainya dilapis dengan permadani yang agak tebal.

Begitu pintu kamar tertutup, Bu Mina langsung memelukku. Bu Mina menyapukan bibirnya ke bibirku dengan lembut. Aku belum membalasnya. Ia kemudian mengulangi dan melumat bibirku. Terasa lembut dan nikmat sekali bibirnya. Lama kelamaan ciumanku berubah menjadi lumatan ganas.

Lidahnya mendorong lidahku dan menyelusuri langitlangit mulutku. Aku membalasnya, kudorong lidahnya, dia menyedot lidahku. Rupanya Bu Mina sangat lihai dalam berciuman. Kadang-kadang dimiringkan jadi mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak perpaduan bibir kami mulai terdengar.

Lepas bajunya dulu, To! ia menyuruhku.

Kulepas baju, celana panjang dan celana dalamku sekali gerakan. Dadaku yang bidang dan berhasil membuatnya berdecak kagum. Kejantananku langsung mencuat keluar dan perlahanlahan terancung dalam kondisi lurus, sedikit mengacung

Kepala penisku kelihatan kemerahan dan mengkilat karena lubang sudah mulai keluar cairan bening agak kental dan lengket. Diusapnya lubang kejutku dengan ibu jarinya dan diratakannya cairan bening yang keluar tadi di atas alasnya kini semakin mengkilat. Diusapusapnya kepala penisku sampai membesar maksimal.

Bu Mina melepaskan pelukannya. Dengan gerakan lambat dan gemulai ia melepaskan blus, celana panjang dan akhirnya celana dikaitkan. Tangannya membuka kancing branya dan segera ia sudah dalam bugil. Tubuhnya yang montok dengan sedikit lemak di bagian perutnya. Gunung kembarnya dengan puncaknya yang kemerahan yang dibawa bebas. Kini kami berdua samasama di dalam tanah tanpa selembar benang pun. Selang beberapa menit kemudian Bu Mina berkata di telingaku dengan lirih ..

Kita ke ranjang .. Sa .. Yang

Aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan dia membalasnya dengan sangat pembohong, kemudian aku menerima penisku semakin tegak dan terasa lebih keras dari biasanya. Aku berbaring di tempat tidur dan Bu Mina merangkak di atasku. Dadanya disodorkan ke mulutku dan dengan rakus kusedot dan kujilati buah dadanya. Tangan dan mulutnya menarik bulu dadaku dengan lembut. Sekali waktu dia menarik dengan keras. Aku terpekik ..

Ouuw .. Sakit Bu
Aku gemas melihat dadamu.

Dia terus memintaku meremasremas payudaranya dan menghisap putingnya secara bergantian. Lalu dia mulai menjilati tubuhku dari mulai leher perlahanlahan turun kebawah dan berhenti membuka paha. Dia juga menjilati biji zakarku.

Agh .. Ugh .. Ouhh .. Enak Bu .. Ugh .. !! desahku.

Namun, Mina menggigit pahaku di bagian dalam dekat pangkal paha seolah-olah dapat mempercayai ini sebagai mimpi buruk tapi benar-benar terjadi. Bu Mina terus melanjutkan aksinya, kini dia jongkok di atas pahaku.

Tangannya meremas kejantananku dan menggoyangkannya menjauh. Digesekkannya kepala kejantananku pada bibir vaginanya, lalu ia turun pantatnya. Kepalaku sudah tertelan dalam vaginanya. Terasa vaginanya berair. Dengan perlahan pantatnya bergerak turun sambil memutarmutar. Kejantananku terasa ngilu dibuatnya.

Ibu masukin ya. Ayo Ke .. !! Angkat ke atas .., .. Tunggu sebentar! http://ligaibc.online/ ia memberi komando.

Diganjalnya pantatku dengan bantal, kuangkat pantatku sedikit untuk memudahkannya mengganjal pantatku dan kemudian pantatnya semakin turun. Dan dengan penisku yang cepat masuk ke dalam lorong yang hangat. Aku merasakan penisku dihimpit oleh benda hangat, basah dan berdenyut, sebuah kenikmatan yang sangat luar biasa.

Agh .. Auw .. Ooh .. Nikmat sekali, To !! rintihnya terbata bata.

Kugerakkan pinggulku memutar berlawanan arah dengan gerakan pingulnya. Penisku dibenamkam dalam sampai terasa tidak bisa masuk lebih dalam lagi, dan Bu Mina menjerit. Tangannya memainkan putingku dan sesekali menjilat dan menginstalnya. Aku menggigit bibir memegang rangsangan. Dia terus menggoyangkan pinggulnya dengan teratur dan makin lama makin cepat.

Ouchh .. Agh .. Ugh .. Oo .. Ya .. !! desisnya terdengar berulangulang